Gelombang kekecewaan dan tanda tanya besar menyelimuti proses rekrutmen pegawai di dua rumah sakit milik Pemerintah Provinsi Banten, yakni Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Labuan dan RSUD Cilograng
- Hari Kesehatan Nasional, Dinkes Kota Tangerang Raih 24 Penghargaan
- Ribuan Dokter Estetika Ikut Berpartisipasi di ISWAM 2024
- Istimewa! Rumah Sakit di Tangerang Sediakan Layanan Mobil Mewah untuk Pasien
Baca Juga
Sejumlah kejanggalan dilaporkan terjadi, mulai dari pembatalan sepihak calon pegawai yang telah lolos hingga dugaan praktik diskriminasi terhadap masyarakat lokal dalam pemberian nilai seleksi.
Sorotan tajam pertama kali muncul terkait kebijakan RSUD Labuan yang secara tiba-tiba membatalkan kelulusan sejumlah peserta yang bahkan telah menandatangani kontrak kerja dan mengikuti pembekalan.
Informasi pembatalan tersebut disampaikan melalui sambungan telepon, menimbulkan kebingungan dan kekecewaan mendalam di kalangan calon pegawai.
Tak hanya itu, Forum Mahasiswa Peduli Daerah (FMPD) turut menyuarakan kejanggalan dalam sistem penilaian Computer Assisted Test (CAT).
Mereka menyoroti ketidaksesuaian antara praktik di lapangan dengan surat resmi dari Badan Kepegawaian Daerah (BKD) Provinsi Banten. Dalam surat bernomor 6428/B-KS.04.01/SD/C.VI/2025 dan 6454/B-KS.04.01/SD/C.VI/2025, tertanggal 28 dan 29 April 2025.
Seharusnya masyarakat lokal di sekitar RSUD Labuan dan Cilograng mendapatkan tambahan nilai sebesar 150 poin atau setara 30 persen dari hasil CAT sebagai bentuk afirmasi.
Namun, fakta di lapangan justru menunjukkan sebaliknya. FMPD menemukan indikasi bahwa peserta dari luar daerah justru mendapatkan tambahan nilai tersebut, sementara putra-putri daerah setempat terkesan dianaktirikan.
Situasi ini jelas bertentangan dengan semangat pemberdayaan masyarakat lokal yang seharusnya menjadi prioritas dalam rekrutmen pegawai di instansi daerah.
Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi Banten, Ati Pramudji Hastuti, memilih untuk tidak memberikan komentar terkait carut marut proses rekrutmen di dua rumah sakit tersebut.
Hal itu karena, pihaknya hanya bertugas menyiapkan formasi tenaga kesehatan yang dibutuhkan, dan menyerahkan sepenuhnya proses rekrutmen kepada pihak lain.
"Ya kan saya mah menyiapkan nih formasinya, setelah formasinya dapat kami drop," kata Ati, Kamis (8/5/2025).
Dinkes Banten Bongkar Data Kanker!
Di sisi lain, Kepala Dinkes Banten, Ati Pramudji Hastuti, mengungkapkan data yang memantik kewaspadaan, menunjukkan bahwa penyakit mematikan ini kian mengancam tanpa pandang bulu.
Berdasarkan data yang dihimpun Dinkes Banten, sepanjang tahun 2024 tercatat sebanyak 1.659 kasus kanker. Ironisnya, belum genap lima bulan berjalan di tahun 2025, hingga akhir April lalu, jumlah kasus baru telah mencapai 472.
"Jika ditotal, lebih dari 2.000 warga Banten tercatat berjuang melawan kanker dalam periode waktu yang relatif singkat ini," kata Ati dengan nada prihatin.
Lebih jauh, Ati merinci empat jenis kanker yang mendominasi kasus di Banten.
"Kanker payudara masih menjadi momok utama, menempati urutan pertama dalam daftar kasus terbanyak. Menyusul di belakangnya adalah kanker serviks, kemudian kanker paru-paru, dan kanker kolorektal," paparnya.
Namun, fakta yang lebih mengejutkan dan memerlukan perhatian serius adalah perubahan demografi pasien kanker. Ati mengungkapkan bahwa kini, ancaman kanker tidak lagi terbatas pada kelompok usia tertentu.
"Kami mendapati kasus kanker pada berbagai rentang usia, termasuk anak-anak dan balita. Ini adalah perkembangan yang mengkhawatirkan dan menggarisbawahi urgensi upaya pencegahan sejak usia dini," tegasnya.
Menyikapi situasi yang kian genting ini, Dinkes Banten menyatakan telah mengambil langkah-langkah strategis dan komprehensif dalam memerangi kanker. Pendekatan yang diterapkan mencakup penanganan dari hulu hingga hilir.
"Fokus utama kami adalah meningkatkan kesadaran masyarakat melalui edukasi intensif mengenai pentingnya perilaku hidup sehat. Kami percaya bahwa pemahaman yang baik akan risiko dan cara pencegahan adalah kunci utama," jelas Ati.
Selain upaya promotif, Dinkes Banten juga menggencarkan langkah preventif melalui program vaksinasi.
"Ada beberapa jenis kanker yang dapat dicegah melalui imunisasi. Kami terus mendorong partisipasi masyarakat dalam program ini," imbuhnya.
Tidak berhenti di situ, Dinkes juga berupaya memperkuat deteksi dini sebagai langkah sekunder dalam penanganan kanker.
"Kami memfokuskan upaya deteksi dini pada jenis kanker yang paling banyak ditemukan, yaitu kanker paru-paru dan payudara. Semakin awal terdeteksi, semakin besar pula peluang kesembuhan pasien," pungkas Ati.