Harga Kakao Tembus Rp135 Ribu, Petani di Lebak Banten Bahagia

ilustrasi - Hasil kakao di Kabupaten Lebak, Banten. ANTARA/Mansyur
ilustrasi - Hasil kakao di Kabupaten Lebak, Banten. ANTARA/Mansyur

Petani kakao di Kabupaten Lebak, Banten sangat semringah menyambut harga komoditas perkebunan tersebut melambung tinggi hingga menembus harga Rp135 ribu perkilogram.


Kabar bahagia tersebut diungkapkan seorang petani cokelat, Mahfud saat ditemui di kios hasil komoditas perkebunan di Pasar Rangkasbitung, Kabupaten Lebak, Banten, Minggu (29/12/2024).

"Kami merasa senang harga kakao sekarang relatif bagus hingga menembus Rp135 ribu per kilogram dan itu kaki pertama harga tertinggi sepanjang sejarah," kata Mahfud.

Menurut Mahfud, harga komoditas kakao kering mencapai Rp135 ribu perkilogram tentu cukup menguntungkan pendapatan petani, di mana harga kakao sebelumnya di bawah Rp100.000 per kilogram.

Mahfud menyebutkan, bahwa kenaikan harga kakao hingga menembus Rp135 ribu per kilogram tersebut dipastikan akan disambut dengan sukacita oleh para petani.

Kemungkinan besar petani lebih bersemangat untuk mengembangkan budi daya tanaman tersebut guna meningkatkan pendapatan ekonomi masyarakat.

"Kami sekarang menjual kakao kering sebanyak 100 kilogram dengan menghasilkan pendapatan Rp135 juta dengan harga Rp135 ribu perkilogram," bebernya.

Hal senada diungkapkan Ahmad (58), dirinya mengaku merasa lega harga kakao kering menembus Rp135 ribu dari sebelumnya di bawah Rp100 ribu perkilogram.

Kenaikan harga kakao itu tentu mendorong pendapatan petani meningkat, sehingga dapat membantu ekonomi keluarga.

"Kami menjual kakao kering sebanyak 1 kuintal atau 100 kilogram dapat menghasilkan Rp135 juta," sebutnya.

Merespons hal tersebut, Kepala Bidang Produksi Dinas Pertanian Kabupaten Lebak Deni Iskandar mengatakan naiknya harga komoditas kakao itu karena permintaan pasar meningkat, sedangkan ketersediaan cokelat relatif terbatas.

Menurut Deni Iskandar, saat ini harga kakao mengikuti pasaran dunia dan pasokan dari Afrika sebagai negara penghasil kakao terbesar di dunia sedang anjlok akibat perubahan iklim sehingga membuat produktivitas pohon kakao di sana turun.

Oleh karena itu, pihaknya minta petani terus mengembangkan budi daya perkebunan tersebut, sebab data tanaman kakao di Kabupaten Lebak tercatat 5.752 hektare dengan produktivitas 2.280 ton.

"Kami berharap ke depannya komoditas kakao itu dapat menjadikan andalan ekonomi petani," ujarnya. (ant)