Anggota DPRD Banten Termuda: Jalan Terjal Milenial Menuju Parlemen

ilustrasi - Abraham Garuda Laksono meluncurkan buku tersebut di Padepokan Kebangsaan Karang Tumaritis, Kelapa Dua, Kabupaten Tangerang, Banten, Sabtu (14/9/2024). ANTARA/Irfan
ilustrasi - Abraham Garuda Laksono meluncurkan buku tersebut di Padepokan Kebangsaan Karang Tumaritis, Kelapa Dua, Kabupaten Tangerang, Banten, Sabtu (14/9/2024). ANTARA/Irfan

Anggota DPRD Banten termuda, Abraham Garuda Laksono (23 tahun) meluncurkan buku berjudul "Jalan Terjal Milenial Menuju Parlemen, Abraham Garuda Laksono, Dari Inspirasi Menjadi Aksi" sebagai prasasti literasi perjalanan karier politiknya.


Abraham Garuda Laksono meluncurkan buku tersebut di Padepokan Kebangsaan Karang Tumaritis, Kelapa Dua, Kabupaten Tangerang, Banten, Sabtu (14/9/2024).

Dalam acara peluncuran buku yang dihadiri Ketua DPP PDI Perjuangan Ribka Tjiptaning itu, Abraham Garuda Laksono mengatakan bahwa literasi politik bagi kelompok milenial sangat penting agar melek politik.

"Sehingga menjadi warga negara yang berperan aktif dalam proses pembangunan bangsa ini," kata Abraham Garuda Laksono.

Menurut Alumni Universitas James Cook Singapura itu, alasan di balik penerbitan buku tersebut karena tingkat literasi saat ini cenderung masih rendah dibandingkan negara-negara lain. 

Oleh karena itu, Abraham Garuda Laksono perlu mendorong partisipasi kaum milenial di politik melalui gerakan membaca. 

"Sebagaimana para tokoh-tokoh bangsa panutan seperti Bung Karno, Bung Hatta, HOS Cokroaminoto, Haji Agus Salim, Tan Malaka dan tokoh-tokoh bangsa lainnya yang tumbuh dan besar bersama buku hingga akhirnya mampu menjadi mercusuar gerakan kemerdekaan bangsa ini," beber Abraham Garuda Laksono.

Sementara itu, Ketua DPP PDI Perjuangan Ribka Tjiptaning dalam sambutannya menyampaikan prestasi Abraham meraih posisi saat ini bukan karena faktor ayahnya, yakni Ananta Wahana melainkan karena kapasitas dan kapabilitas yang dimiliki telah layak menjadi seorang wakil rakyat.

"Bahkan jika Abe (panggilan akrab Abraham, red) memilih menjadi pebisnis sekalipun, dia pasti sudah berhasil, bekal pendidikannya cukup sebagai lulusan dari Singapura. Tapi Abe ternyata memilih jalan sebagai politisi mengikuti jejak ayahnya," jelas Ribka Tjiptaning.

Ribka Tjiptaning menyebutkan, keputusan Abe ini sesuatu yang luar biasa. Pasalnya, tak setiap anak muda usia milenial kemungkinan mampu membuat keputusan serupa. 

"Tentunya ini yang menginspirasi, ketika Abe memiliki kesempatan hanya cukup memikirkan dirinya sendiri dengan kehidupan yang layak, pekerjaan yang mumpuni, tapi justru memilih mengurusi orang banyak, konstituen. Ini tentu membutuhkan kematangan mental dan pikiran," ungkap Ribka Tjiptaning.

Melihat hal itu, Ribka Tjiptaning menyerukan kepada kaum milenial untuk membaca buku tersebut karena akan menjadi sumber inspirasi berpolitik itu tidak selalu rumit. 

"Buku ini penting untuk dibaca, khususnya kaum milenial yang masih bersikap apatis terhadap politik," imbuhnya. (ant)