Tiga Ketum Partai Bersatu, Kode Keras Koalisi Pemilu 2024

Ketua Umum PPP Suharso Monoarfa, Ketua Umum Golkar Airlangga Hartarto, dan Ketua Umum PAN Zulkifli Hasan berjabat tangan/Net
Ketua Umum PPP Suharso Monoarfa, Ketua Umum Golkar Airlangga Hartarto, dan Ketua Umum PAN Zulkifli Hasan berjabat tangan/Net

Pertemuan tiga ketua umum partai politik, Golkar, PAN, dan PPP di Menteng, Jakarta Pusat pada Kamis (12/5) tidak bisa dipandang sepele. Pertemuan ini merupakan kode keras menuju koalisi 2024.


Begitu tegas pengamat politik UIN Syarif Hidayatullah, Adi Prayitno kepada wartawan, Jumat (13/5).

Dia menilai bahwa koalisi Bertiga Bersatu ini akan memberi alternatif pada pilpres ke depan. Apalagi publik sudah terlanjur mempersepsikan Gerindra akan berkoalisi dengan PDI Perjuangan pada Pilpres 2024 mendatang.

“Ini merupakan kode keras koalisi. Meski tidak disampaikan secara eksplisit, namun publik sudah bisa membaca ke arah sana,” kata Adi.

Golkar sendiri terlihat tampil sebagai partai tengah yang mampu membangun koalisi agama-nasionalis, dengan PAN dan PPP. Golkar adalah partai yang paling mudah diterima oleh partai-partai lain saat ini. Hal itu yang kemudian menjadi kelebihan Golkar dibanding partai besar laiinya.

Dia mencontohkan PDIP yang akan canggung untuk berkoalisi dengan PKS. Begitu juga dengan Gerindra yang sulit untuk menggandeng Nasdem.

"Golkar tidak memiliki hambatan itu. Bahkan Ketum Golkar, Airlangga Hartarto, bisa diterima oleh semua partai,” ungkap Adi.

Jika terbentuk koalisi antara Golkar, PAN dan PPP, maka ketiga partai ini juga sudah mencapai ambang batas presidential threshold sebesar 115 kursi di DPR karena kursi ketiga partai itu sudah mencapai 148 kursi.

"Bahkan tidak tertutup kemungkinan akan ada partai lain yang bisa tergabung dalam koalisi yang dibangun oleh Golkar, PAN dan PPP ini,” ujar Adi.

Sosok Airlangga yang cair dan bisa diterima oleh semua partai ini juga makin meneguhkan dirinya sebagai sosok yang sangat kuat di internal Golkar.

Adi tidak melihat ada sosok lain di Golkar yang memiliki elektabilitas lebih tinggi dari Airlangga, sehingga Menko Perekonomian ini sangat layak diajukan sebagai capres dari koalisi tersebut.

“Terbukti, Airlangga tidak hanya mampu mengkonsolidasikan kader-kader internal, namun ia juga mampu mengkonsolidasikan diri dengan ketum partai lain. Ini sangat strategis,” tambah Adi.

Selain itu, posisi Golkar dan Airlangga yang sangat konsisten dalam mendukung pemerintahan Presiden Joko Widodo juga menjadi kelebihan lainnya. Golkar dan Airlangga tidak pernah cacat di mata Jokowi, karena terbukti semua kebijakan Jokowi terus didukung dan diakomodir dengan baik oleh Golkar dan Airlangga.