Angka Purchasing Managers’ Index (PMI) Manufaktur Indonesia pada Juli 2022 kembali berada di level ekspansif yakni pada posisi 51,3.
- Janji IPO Berujung Tipu Daya, Tabratas Tharom Rugikan Maicih hingga Miliaran
- Diskon Pajak 25 Persen PBB-P2 dan BPHTB di Kota Tangerang Bisa Dibayarkan Saat Libur
- AEON Hadirkan Konsep Destinasi Keluarga di Eastvara BSD City Tangerang
Baca Juga
Posisi PMI Juli 2022 juga lebih tinggi jika dibandingkan bulan sebelumnya Juni 2022 yang sebesar 50,2. Bahkan, level ekspansi Indonesia masih di atas beberapa negara ASEAN lainnya.
Analis ekonomi Josua Pardede mengungkapkan, tren tersebut didorong oleh berbagai kebijakan pemerintah seperti pelonggaran kebijakan pembatasan mobilitas di berbagai daerah serta berbagai kondisi yang mendorong faktor permintaan.
"Ini memang didukung oleh permintaan baru, ada kondisi ekonomi masyarakat, mobilitas masyarakat mulai meningkat, sehingga orang mulai belanja, orang mulai traveling, orang mulai kegiatan offline," ujar Josua Pardede dalam keterangannya, Rabu (3/8).
"Jadi, permintaan terhadap produk-produk baik produk barang tahan lama maupun barang tidak tahan lama meningkat. Makanya aktivitas di industri manufaktur juga cenderung meningkat dibandingkan kondisi beberapa bulan terakhir ini," imbuhnya menerangkan.
Peningkatan permintaan, kata dia, juga dipengaruhi oleh meningkatnya daya beli masyarakat di beberapa wilayah Indonesia karena harga komoditas.
Seperti masyarakat sentra sawit di Sumatera yang terbantu dengan naiknya harga crude palm oil (CPO) dan masyarakat Kalimantan yang terbantu dengan naiknya harga komoditas batubara.
Josua memprediksi tren kenaikan itu akan bertahan hingga akhir tahun. Hal itu didorong oleh kebijakan pelonggaran pembatasan mobilitas serta potensi konsumsi rumah tangga yang akan tetap menopang prospek ekonomi pada jangka pendek dan menengah.
Meski demikian, dia mengingatkan pemerintah untuk mewaspadai inflasi global yang terkerek akibat situasi perang Rusia Ukraina. Pemerintah diharapkan mampu menstabilkan harga komoditas dalam negeri karena sangat sensitif bagi konsumsi masyarakat.
"Kita lihat bahwa tingkat inflasi ini masih menjadi hal yang harus diperhatikan oleh pemerintah. ditambah lagi tentunya adalah bagaimana belanja-belanja pemerintah harus terarah dan produktif,” demikian Josua.