Pelajar SMAN 2 Kota Bengkulu Simulasi Sidang Perserikatan Bangsa-Bangsa

Berangkat dari kepedulian para Dosen Muda Fakultas Hukum Universitas Bengkulu, Ari Wirya Dinata, Pipi Susanti, Baim Agustian, Rizky, atas kepekaan generasi Z dan Milineal terkait pemahaman mengenai isu global seperti perang Palestina-Israel, Ukraina-Rusia dan peran global Indonesia di Organisasi G-20 atau ASEAN. Para dosen muda FH Unib ini menginisiasi menyelenggarakan pengabadian masyarakat bertajuk simulasi Sidang Perserikatan Bangsa-Bangsa (MUN Simulation 101).


Simulasi sidang perserikatan bangsa-bangsa adalah sebuah wadah untuk melatih kemampuan berbicara didepan umum (public speaking), berpikir kritis (critical thinking), skil bernegosiasi dan menemukan solusi atas isu-isu kontemporer global. Kegiatan dibalut dengan model seperti persidangan di salah satu organ perserikatan bangsa-bangsa, yaitu majelis umum (general assembly).

Kegiatan ini kali pertama dilaksanakan di SMAN 2 Kota Bengkulu dan disambut hangat oleh Kepala Sekolah SMAN 2 Kota Bengkulu serta Guru. Kegiatan ini merupakan upaya nyata dan aplikatif yang dilakukan oleh dosen hukum tata negara dan hukum internasional FH Unib untuk berperan serta menyebarkan keilmuwan mengenai hukum dan politik global agar siswa memiliki pengetahuan dan ketertarikan untuk membaca dan mengikuti perkembangan yang terjadi di dunia. Kegiatan ini juga dimaksud untuk melatih bakat berbicara, bernegosiasi dan berunding Pelajar maupun mahasiswa sebagai bekal menjadi pemimpin masa depan bahkan lebih besarlagi.

Ketua Pengabdian FH Unib, Ari Wirya Dinata, SH, MH menyebutkan, dirinya berharap nanti ada diplomat atau duta besar dari Provinsi Bengkulu. Ia yakin putra-putri Bengkulu juga memiliki kemampuan untuk menjadi perwakilan Indonesia dalam berbagai perundingan Indonesia dengan negara-negara di dunia.

“Kegiatan ini juga dimaksud untuk memperkenalkan profesi diplomat kepada peserta didik di SMAN 2 Kota Bengkulu.Rangkaian kegiatan ini dilaksanakan dalam bentuk workshop pada hari Rabu, 6 September lalu di Sekolah. Kegiatan dimulai dengan pembagian modul kepada peserta workshop yang berjumlah kurang lebih 30 siswa sebagai bekal untuk memahami tentang simulasi sidang PBB 101 dan juga materi untuk belajar secara individu,” tutur Ari, Rabu (15/11). 

Selanjutnya, kegiatan dilanjutkan dengan game “ if I am ambassador, I would be posted in” sebagai ajakan kepada siswa/I jika dimasa depan dia memiliki kesempatan menjadi duta besar Indonesia untuk negara sahabat maka mereka ingin ditempatkan di negara apa dan apa alasan memilih negara tersebut serta isu hubungan internasional apa yang mau di advokasi di negara tujuan.

Setelah kegiatan game diatas, maka pemandu kegiatan Baim Agustian, Mahasiswa Semester 5 FHUNIB, mempersilahkan kepada ketua Pengabdian untuk menyampaikan materi tentang tata cara persidangan di majelis umum PBB.

Dimulai dengan tata cara memperkenalkan diri sebagai delegasi negara apa, menyampaikan pandangan umum dari negara yang diwakili, menjelaskan keterkaitan negara yang diwakili dengan isu yang didiskusikan dan kepentingan nasionalnya (national interest), dilanjutkan dengan sesi debat umum dengan negara lainnya, menemukan solusi (win-win solution) dan kesepakatan bersama.

Kegiatan ini dimaksudkan juga untuk melatih menghargai perbedaan pendapat dalam setiap perwakilan, mencari solusi atau jalan tengah dari sebuah permasalahan dan skill untuk bernegosiasi. Kegiatan yang berlangsung kurang lebih 2 jam ini diikuti oleh peserta didik dengan antusias dan semangat yang luar biasa.

Diungkapkan Pipi Susanti selaku dosen anggota yang terlibat dalam projek pengabdian ini. Untuk kegiatan ini juga melatih kemampuan berbahasa asing yaitu Inggris karena kegiatan dibuat menyerupai sidang sungguhan dengan menggunakan Bahasa internasional yaitu Bahasa Inggris. Harapannya bisa melatih kemampuan berbahasa inggris peserta didik dan berani menggunakan Bahasa asing di forum formal. Medium Latihan berbahasa ini bak pepatah practice makes perfect.

“Semakin sering mempraktekkan Bahasa asing maka akan meningkatkan kemampuan dan kelancaran dalam betutur kata dalam Bahasa asing. Tidak dapat dipungkiri diera globalisasi dan moderenisasi ini kebutuhan akan  kemampuan menyampaikan pendapat dalam Bahasa Inggris adalah conditio sine qua non,” terangnya.

Whulandari yang merupakan dosen terlibat dalam kegiatan ini,  mengatakan bahwa memasuki era pasar global dan kompetisi internasional, maka anak muda harus bisa berbahasa asing setidaknya Bahasa inggris untuk meningkatkan nilai jual dirinya dalam mencari pekerjaan.

Diakhiri kegiatan panitia juga memberikan beberapa doorprize berupa alat tulis, snack dan seminar kit. Berdasarkan testimoni salah satu peserta kegiatan merasa beruntung mengikuti kegiatan ini karena mendapatkan ilmu baru tentang MUN dan pengalaman untuk mempelajarinya. Bahkan acara ini cukup seru karena banyak hadiah dan ilmu yang bermanfaat ungkap perwakilan siswa tersebut.

Semoga kegiatan ini bisa menjadi batu loncatan (stepping stone) untuk menciptakan diplomat dan duta besar Indonesia dari tanah rafflesia yang menjadi impian dari ketua pengadian ini. Mari kita buktikan beberapa tahun kedepan bahwa diplomat bukan lahir begitu saja namun jiwa itu harus dibentuk “ diplomat is not born butmade”.

“Saya menginginkan ada diplomat dari tanah bencoolen dimasa akan datang semoga kegiatan kecil ini berdampak besar,” tutup Ari.