Salah satu tradisi Banten yang baru saja digelar, yakni upacara Seren Taun dengan berkumpul di rumah Kasepuhan Cisungsang di kawasan kaki Gunung Halimun Salak di Kecamatan Cibeber, Kabupaten Lebak, Banten.
- Data NPWP Diduga Bocor, Gak Bahaya ta?
- Harga Cabai di Lebak Banten Anjlok
- Pengguna Pertalite Jangan Lupa! Daftar Program Subsidi Tepat MyPertamina
Baca Juga
Untuk merayakan upacara tradisional itu, masyarakat tampak mengenakan pakaian dan celana adat, dengan warna serba hitam.
Saat melaksanakan upacara adat itu, tampak aura rasa gembira menyambut tradisi Seren Taun yang dilaksanakan setiap setahun sekali.
Hal tersebut dilakukan sebagai bentuk wujud rasa syukur atas hasil panen padi.
Perayaan tradisi itu sejak turun temurun hingga ribuan tahun dan dilaksanakan pada Bulan Rayagung dalam kalender masyarakat Sunda.
Dalam pantauan, tampak para tamu undangan, terdiri dari pejabat Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Pemerintah Provinsi Banten, dan Kabupaten Lebak, hingga pemerhati budaya, satu per satu datang untuk ikut merayakan tradisi masyarakat adat itu.
Ritual upacara adat yang dilaksanakan di depan "Leuit Si Jimat". Leuit artinya tempat dan jimat artinya sesuatu yang dianggap berharga. Istilah jimat dianggap memiliki sesuatu kekuatan magis yang dapat membawa keberuntungan atau keberkahan.
Dalam upacara adat tersebut, dimulai dengan datangnya rombongan arak-arakan padi yang ditandu oleh empat orang rendangan.
Adapun tandu tersebut berisi padi indung, diiringi para dayang, yakni gadis remaja, lengkap dengan baju kebaya dan kain sampirnya.
Setelah menjalani upacara, dilanjutkan dengan memasukkan padi-padi yang diarak ke dalam Leuit Si Jimat, sambil diiringi puji-pujian, "Ayeuna Si Nyai ku, Kami diamitkeun", yang artinya, "Sekarang Si Nyai oleh kami dirapikan".
Sementara itu, padi yang pertama kali dimasukkan adalah padi indung, kemudian disusul padi lainnya, sambil membaca doa dan pembakaran kemenyan yang asapnya tiada henti mengepul.
Tak luput, angklung buhun yang berada di samping Leuit Si Jimat ikut mengiringi puji-pujian dibarengi dengan petikan kecapi serta tiupan suling, sehingga suasana perayaan Seren Taun makin hening dan khusyuk.
Ritual tradisi Seren Taun itu merupakan ritual mengharap berkah hasil panen padi, dengan masa panen tiga bulan, juga ada yang enam bulan, untuk memenuhi ketersediaan pangan keluarga.
"Kami merayakan ritual tradisi Seren Taun ini untuk mengucapkan rasa syukur kepada Allah SWT atas limpahan rezeki hasil panen padi," kata Ketua Adat Kasepuhan Cisungsang Abah Asep Nugraha.
Seperti diketahui, bahwa masyarakat adat Kasepuhan Cisungsang yang lokasinya berbatasan dengan Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, hingga kini masih mempertahankan tradisi Seren Taun, sebagai budaya peninggalan nenek moyang atau leluhur.
Budaya itu cukup sakral dan harus diselamatkan karena memiliki makna yang filosofis dalam membangun kerukunan, keharmonisan, gotong royong, hingga saling menghormati dan saling menjaga etika atau sopan santun.
Di Provinsi Banten, tepatnya di Kabupaten Lebak, terdapat dua tipologi masyarakat adat berdasarkan Peraturan Daerah (Perda) Nomor 32 Tahun 2001 tentang Perlindungan atas Hak Ulayat Masyarakat Badui dan Perda Nomor 8 Tahun 2015 tentang Pengakuan, Perlindungan, dan Pemberdayaan Masyarakat Adat Kasepuhan.
Sementara itu, upaya pemerintah untuk mengakui keberadaan masyarakat adat di Kabupaten Lebak, tertuang dalam dua perda tersebut, yang membuktikan keseriusan negara untuk hadir di tengah keberlangsungan kehidupan masyarakat adat.
Sedangkan, eksistensi masyarakat Adat Kasepuhan di Kabupaten Lebak yang didukung oleh pemerintah berimplikasi terhadap kuatnya identitas dan jatidiri asli, terjaminnya hak-hak masyarakat adat, dan kebebasan masyarakat adat untuk melaksanakan "tatali paranti karuhun" ( adat istiadat yang masih dipegang teguh oleh masyarakat) yang menjadi roh bagi kehidupan masyarakat adat itu sendiri.
Oleh karena itu, pemimpin Adat Kasepuhan Cisungsang bersyukur dan berterima kasih karena diberikan keleluasaan dan fasilitas oleh pemerintah untuk melestarikan dan menyelematkan budaya Seren Taun. (ant)