Banten merupakan salah satu daerah yang memiliki potensi gempa Megathrust yang memicu gelombang tsunami karena terdapat patahan atau sesar di perairan Samudera Hindia di lempeng Indo-Australia dan di bagian selatan juga terdapat lempeng Eurasia di bagian utara dan lempeng Pasifik di bagian timur.
- Heboh Fenomena Ikan Naik ke Darat, Warga Pesisir Lebak Harap Waspada
- Dinilai Berbahaya, Ilmuwan Jepang Tolak Rencana Pemerintah Buang Limbah Nuklir ke Laut
- Militer Israel Serbu Kamp Pengungsi Palestina di Jenin, Enam Orang Meninggal
Baca Juga
Banten merupakan salah satu daerah yang memiliki potensi gempa Megathrust yang memicu gelombang tsunami karena terdapat patahan atau sesar di perairan Samudera Hindia di lempeng Indo-Australia dan di bagian selatan juga terdapat lempeng Eurasia di bagian utara dan lempeng Pasifik di bagian timur.
Oleh sebab itu, Pemerintah Kabupaten Lebak, Banten, meminta masyarakat yang berada di wilayah pesisir pantai selatan selalu waspada akan potensi bencana alam gempa dan tsunami itu.
Merespons ancaman tersebut, Komunitas Gugus Mitigasi Lebak Selatan (GMLS) Kabupaten Lebak, Banten, memberikan edukasi kepada relawan Desa Siaga Bencana (Destana) program "Tsunami Ready" guna mitigasi bencana megathrust.
Hal itu diungkapkan Ketua GMLS Kabupaten Lebak Abah Lala saat dihubungi di Rangkasbitung, Minggu (1/9/2024).
Abah Lala mengatakan pihaknya mengedukasi relawan Destana tentang Tsunami Ready guna penyelamatan secara mandiri, sehingga dapat meminimalisasi korban jiwa maupun kerusakan material yang lebih besar akibat gempa megathrust yang bisa memicu terjadi gelombang tsunami.
Menurut Abah Lala, ketiga relawan Destana itu antara lain dari Desa Bayah Barat, Situregen dan Desa Sawarna Kabupaten Lebak.
Selain itu juga GMSL berkolaborasi dengan Radio Antar Penduduk Indonesia (RAPI) untuk mitigasi gempa megatrust.
Abah Lala menyebutkan, bahwa kehadiran RAPI itu sangat besar untuk memberikan penyampaian informasi kepada masyarakat agar mereka selamat dari ancaman bencana alam.
Program Tsunami Ready tentang kesiapsiagaan dan memberikan pengetahuan serta edukasi kepada masyarakat pesisir selatan agar dapat menyelamatkan diri secara mandiri ketika terjadi gempa megathrust yang memicu gelombang tsunami.
Begitu juga bagaimana kesiapsiagaan masyarakat pesisir selatan menangani pascagempa megathrust sehingga tidak menimbulkan korban jiwa.
Menurut Abah Lala, selama ini masyarakat pesisir selatan Kabupaten Lebak yang berhadapan dengan perairan Samudera Hindia berpotensi mengalami gempa megathrust.
Oleh sebab itu, masyarakat harus mampu menyelamatkan secara mandiri agar mampu meminimalisasi korban jiwa maupun kerusakan material lebih besar.
Selain itu juga masyarakat tidak begitu panik jika terjadi megathrust yang memicu gelombang tsunami.
Masyarakat bisa menyelamatkan diri di jalur evakuasi dan arah petunjuk ke dataran tinggi maupun perbukitan sebagai titik kumpul.
"Kami melakukan program Tsunami Ready dengan 12 indikator yang ditetapkan oleh IOC (Intergovernmental Oceanographic Commitee) UNESCO di wilayah Lebak Selatan. Indikator tersebut terbagi dalam tiga kategori, yaitu assessment, preparedness, dan response," jelasnya. (ant)