Ada sindrom pascakekuasaan atau post power syndrome yang disinyalir sedang dialami sejumlah mantan pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).
- TNI AD Mulai Renovasi Rumah Zohri, Juara Dunia Lari Cepat
- Nasib Prima Ditentukan Keputusan KPU di April 2023
- LPP Bengkulu Persembahkan Karya Selektakuler, Gubernur Bengkulu Resmikan Pusat Edukasi & LPK Pasperlu Arunika
Baca Juga
Pandangan tersebut disampaikan Tenaga Ahli Utama Kantor Staf Presiden, Ali Mochtar Ngabalin mengkritisi sikap para mantan pimpinan KPK yang berdemonstrasi di depan Gedung Merah Putih KPK pada Senin lalu (10/4).
Mulai dari Abraham Samad, Bambang Widjojanto, Saut Situmorang, hingga mantan pegawai KPK, Novel Baswedan menggelar demo menuntut Firli Bahuri mundur dari kursi Ketua KPK.
"Saya bilang ini post power syndrome," ujar Ali Ngabalin dikutip Kantor Berita Politik RMOL, Jumat (14/4).
Bagi Ngabalin, tindakan turun ke jalan yang dilakukan Abraham Samad Cs tidak patut dilakukan. Jika ingin memperbaiki KPK, kata dia, maka para mantan pimpinan lembaga antirasuah memberi masukan kepada pimpinan saat ini, bukan malah meminta mundur.
"Kalau ini kan (demo) caranya membuat gaduh di ruang publik," tutupnya.
- Bersih dari Jaringan Teroris, Yansaladin Dibalikin Densus 88 Dalam Kondisi Bugar
- Milad ke-46, MUI Pastikan Sejak Awal Terlibat Penanganan Covid-19
- Gempur Gelar Rapimnas Di Bengkulu