Dinilai Kutu Loncat, Ali Ngabalin: Inkonsistensi Pilihan Politik Bagian dari Demokrasi

Tenaga Ahli KSP, Ali Mochtar Ngabalin/RMOLJabar Tenaga Ahli KSP, Ali Mochtar Ngabalin/RMOLJabar
Tenaga Ahli KSP, Ali Mochtar Ngabalin/RMOLJabar Tenaga Ahli KSP, Ali Mochtar Ngabalin/RMOLJabar

Dinilai kerap berpindah-pindah dukungan, Politikus Ali Mochtar Ngabalin berdalih sikapnya untuk pindah dukungan politik merupakan implementasi dari politik dinamis.


Selain itu, Tenaga Ahli Kantor Staf Kepresidenan (KSP) ini juga menganggap inkonsistensi dalam pilihan politik merupakan bagian dari demokrasi.

"Kita telah memilih demokrasi sebagai sistem yang mengatur republik ini, seperti itu lah," ucap Ngabalin saat ditemui di Dodik Bela Negara Rindam III Siliwangi, Cikole-Lembang, Kabupaten Bandung Barat (KBB) baru-baru ini.

Seolah tidak masalah dilabeli kutu loncat, dia menuturkan, pada Pemilu 2014 lalu dirinya secara tegas menjadi juru bicara pemenangan Prabowo Subianto dan Hatta Rajasa. Namun, pada Pilpres 2019 kemarin, dirinya tidak lagi menjadi pendukung Prabowo dan Sandiaga Uno melainkan berpindah dukungan kepada Joko Widodo dan Ma'ruf Amin. 

Sikap tersebut, dianggapnya wajar sebagai bagian dari politik dinamis sehingga, tidak perlu diributkan apalagi berlarut-larut dalam permusuhan.

"Kita sudah punya pengalaman kemarin kan, Kampret dan Cebong, udah cukup. Pada akhirnya kan juga Pemerintahan Presiden Joko Widodo saya ada," ungkapnya dikutip Kantor Berita RMOL Jabar.

Diterangkan Ngabalin, kepindahan sikap dukungan yang dilakukannya didasari pikiran yang jernih demi kepentingan bangsa. Meskipun, setiap orang pada dasarnya ingin melakukan sesuatu yang sama untuk kepentingan bangsa dan negara.

"Saya ingin mengatakan supaya, mari pakai otak yang bersih, kita punya pengalaman yang banyak, kita punya experience yang luar biasa, kita punya culture, kita punya budaya, maka politik itu kita bisa beda," tuturnya.

Disinggung soal dirinya yang kerap berseteru dengan Ahli Filsafat Rocky Gerung, dia membeberkan, dirinya kerap mengajak Rocky untuk bersikap biasa namun, Rocky kerap menolak ajakan tersebut dan memilih untuk tetap bersitegang dengan mangadu otot bukan otak.

"Yang kita pakai itu otak. Jangan lagi berlarut-larut (berseteru), cukup kita punya pengalaman sekali itu dan itu cukup membuat tidak bagus bagi generasi yang akan datang," katanya.