Penggunaan teknologi dalam Pemilihan Umum (Pemilu) di Indonesia sedianya diperlukan dalam rangka melakukan pembenahan kepemiluan.
- Trump ke Muslim Dunia: Ramadhan Mubarak
- Airlangga: Digitalisasi Bisa Jadi Lompatan Untuk Membumikan Pancasila
- 13 Panwaslu Diintimidasi Dan 9 Orang Kecelakaan
Baca Juga
Perkumpulan untuk Pemilu dan Demokrasi (Perludem) memandang, penggunaan teknologi dalam pemilihan tak semata-mata mudah dilaksanakan di Indonesia.
Anggota Dewan Pembina Perludem, Titi Anggraini menjelaskan, Digitalisasi Pemilu harus diiringi dengan komitmen yang sifatnya membebaskan pemilih dari kebohongan, pengaruh yang menyesatkan, dan tekanan.
Titi menekankan hal tersebut saat menjadi narasumber dalam webinar bertajuk "Proyeksi Politik 2024: Strategi Baru Politik Elektoral Pemenangan Pilpres dan Pileg, dengan Artificial Intelligen, Big Data, dan Blockchain di Indonesia" pada Rabu sore (1/12).
"Pemilu Indonesia dan teknologi. Diantara banyak karakter unik Pemilu Indonesia yang memerlukan pembenahan," kata Titi.
Titi mencontohkan, Pemilu di Indonesia dikenal sebagai satu-satunya negara di dunia yang menggelar Pemilu Serentak hanya dalam satu hari, dengan segala bentuk kompleksitasnya. Menurutnya, ini mengalahkan India, bahkan Amerika Serikat.
Selain itu, Indonesia juga dikenal sebagai The Most Complex Election System in The World atau sistem Pemilu paling rumit di dunia.
"Kita juga dikenal sebagai Pemilu yang rekapitulasi suaranya paling lama di dunia, 35 hari jeda antara pemungutan suara dilakukan sampai dengan pengumuman hasil rekapitulasi suara akhir oleh penyelenggara pemilu. Tentu peran teknologi menjadi strategis di situ," demikian Titi. dilansir RMOL.ID. [ogi]
- SBY Dan Prabowo Harus Duduk Bareng Kalau Mau Jokowi Kalah
- Masih Ada 12 Kabupaten-Kota Masih Masuk Level 3
- SP3 Kasus PSI Bukti Penindakan Bawaslu Tidak Adil